4. Metode Sunat Lem
a.
Tidak
Memerlukan Jahitan
Sebagian besar anak-anak merasa
takut apabila mendengar kata sunat. Bahkan, tak sedikit anak yang
mengalami trauma, ngeri karena takut dipotong dan dijahit. Maklum saja, kesan
dijahit menjadi kata yang menyeramkan bagi sebagian anak atau
orang yang belum dikhitan atau disunat. Dengan menggunakan lem,
proses penjahitan bisa dihilangkan jadi rasa takut pada anak atau
orang yang akan dikhitan menjadi bisa diminimalisir.
b)
Waktu
Pengerjaan Singkat
Dengan tidak
dilakukannya proses penjahitan, proses khitan atau
sunat menjadi lebih singkat.Waktu pengerjaan yang singkat akan sangat
bermanfaat bagi anak-anak yang sangat penakut atau anak yang hiperaktif atau
yang berontak.Untuk pemotongan kulup penis dapat dilakukan dengan bebagai alat
seperti Gomco clamp, Winklemann Clamp, Mogen Clamp, atau bisa juga dengan
electric couter dan setelah dipotong baru lem diaplikasikan.
Jika etode konvensional membutuhkan
waktu sekitar 20 menit maka teknik lem hanya memerlukan waktu sekitar 13 hingga
15 menit saja.
c)
Proses
Penyembuhan Relatif Lebih Cepat.
Terluka setelah proses
sunat memang hal yang wajar. Biasanya, luka akibat sunat akan sembuh dengan
sendirinya selama beberapa waktu. Namun, terkadang luka ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman. Alhasil, anak pun malas untuk beraktivitas seperti
biasa.Dengan sunat lem, kulit kulup yang telah terpotong diberi lem khusus
bedah yang biasa dipakai di dunia medis untuk menyatukan kulit yang luka karena
tindakan operasi atau kecelakaan. Dengan mengaplikasikan lem maka luka akan
menyatu dalam waktu singkat, tidak perlu lagi jarum dan benang jahit. Peradangan
akibat benang yang merupakan benda asing bagi tubuh bisa dikurangi.
Jika dibandingkan
dengan sunat klamp,
sunat dengan metode lem relatif lebih cepat juga proses penyembuhannya. Karena
dengan metode sunat lem lebih minimal terjadi proses dehis atau luka terbuka
kembali, sehingga anak bisa cepat melakukan aktivitas yang normal kembali.
d)
Hasil
Sunat Lebih Estetis